Senin, 18 November 2013

Masih Pantaskah Indonesia Disebut “Kolam Susu”?

‘’… bukan lautan tapi kolam susu, kail dan jala cukup tuk menghidupimu…
orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…”
Sepenggal lirik lagu ciptaan koes ploes tersebut rasanya sudah sangat bisa mewakili apa yang ada di negeri ini. Ya, negeri dengan 396 suku berada di dalmnya, negeri dimana beragam seni dan budaya yang memukau lahir, dan negeri dengan tanah yang mampu menumbuhkan puluhan juta tanaman. Itulah negeriku, INDONESIA
Tidak cukup rasanya jika harus mendeskripsikan kekayaan negeri ini hanya dengan 1 lembar kertas. jutaan hektar sawah, kebun, ladang terhampar luas tersebar berbagai pulau di Indonesia, ratusan juta ikan dan timbuhan laut hidup dan berkembang di kawasan perairan negeri ini. Pantaslah jika Negara-negara tetangga iri dengan kekayaan Indonesia.
So… lantas kenapa saat ini kebutuhan pokok saja kita impor??
Pertanyaan yang mugkin ditanyakan oleh banyak orang di Indonesia, pertanyaan yang saat ini masih di cari-cari jawabannya oleh orang-orang yang peduli dengan Indonesia. Saya pribadipun masih mencari-cari apa yang salah dari bangsa ini, hingga kekayaan alam inipun tak mampu mencukupi kebutuhan negeri sendiri.
Belakangan saya tau sedikit alasan mengapa sampai kebutuhan pokok Indonesia saja sampai impor. Ya Indonesia tak dipungkiri adalah Negara yang sangat kaya, namun kekayaan itu tidak dibarengi dengan kekayaan intelektual penduduk negeri ini. Eits saya tidak bilang kalau masyarakat Indonesia bodoh-bodoh ya, saya sendiripun tidak setuju dengan predikat itu, jutaan sarjana lulus tiap tahunnya dari berbagai universitas baik dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta di Indonesia.
Kemana kalian wahai pemuda-pemudi terbaik bangsa??
Ribuan bahkan jutaan intelek muda dengan kecemerlangan otak rasanya sekarang mulai memadati negeri ini, lulusan-lulusan terbaik menyebar dari sabang sampai merauke. Namun hanya beberapa persen dari mereka yang mau jadi pembeda. Sebagian besar dari mereka memilih pekerjaan yang aman dan nyaman saja, contohnya jadi pegawai negeri, pegawai kantor, ataupun apalah. Mereka dengan bangga bekerja di dalam ruangan tanpa panas-panasan dan menerima gaji pasti setiap bulannya. Namun mereka yang sebagian kecil, mampu menjadi pembeda, mereka yang sebenarnya menjadi pejuang sejati untuk bangsa ini. Mereka rela hijrah ke daerah-daerah pelosok, mereka yang mau belajar lebih bagaimana cara memanfaatkan sumber daya yang ada di negeri ini, mereka yang rela tidak dibayar untuk memperjuangkan kemakmuran untuk negeri ini. Dan mereka yang akan membawa negeri ini menuju kemakmuran yang sesungguhnya.
Harapan saya untuk pemuda Indonesia, harapan saya untuk bangsa…
Say yakin harapan ini bukan harapn saya saja, harapan ini adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Wahai kalian para pemuda, tengoklah negeri ini, tengoklah bangsa ini, bangsa ini membutuhkan kalian, bangsa ini mengharapkan kalian. keluarlah dari titik nyaman kalian wahai para pemuda, bergerak untuk negeri ini, siapa lagi jika bukan kalian yang akan mengubah nasib bangsa ini, banggalah jika kalian menjadi pembeda ubtuk negeri ini, banggalah
“padamu negeri kami berjanji…
… bagimu negeri jiwa raga kamu…”
by: arina nur afifah

0 komentar:

Posting Komentar